Jumlah korban virus Corona (Covid-19) yang meningkat cepat setiap hari membuat sebagian penduduk di planet bumi ini resah.
Di tengah keresahan itu, banyak informasi salah dan menyesatkan yang berseliweran di dunia maya tentang obat virus Corona. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Abu Vulkanik
Di antara obat-obatan palsu berbahaya yang disebutkan sejumlah artikel adalah mengonsumsi abu vulkanik, menggunakan lampu ultraviolet, dan desinfektan dengan klorin.
Padahal, menurut ahli kesehatan, hal tersebut dapat membahayakan tubuh jika digunakan dengan cara yang tidak benar.
2. Koloid Perak
Menurut artikel yang disebutkan di sejumlah media sosial, obat virus Corona adalah partikel perak dalam bentuk cair yang dikenal sebagai koloid perak.
Efek samping koloid perak terhadap tubuh seseorang adalah perubahan warna kulit menjadi abu-abu kebiruan. Sehingga, tubuh tidak bisa menyerap sejumlah obat termasuk antibiotik.
Hal tersebut diinformasikan oleh National Institutes of Health (INH), sebuah lembaga di Kementerian Kesehatan Amerika Serikat.
3. Kokain
Kokain merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh, bukan obat untuk menyembuhkan penyakit termasuk Covid-19.
“Kokain tidak bisa melindungi tubuh dari Covid-19,” kata juru bicara pemerintah Prancis dalam akun Twitter-nya menanggapi banyak pertanyaan tentang kokain.
Penyebaran informasi yang cepat di internet membuat sejumlah pasien dengan penyakit tertentu merasa resah, sehingga mereka melakukan kesalahan fatal yang justru membahayakan diri mereka sendiri.
Misalnya, sejumlah artikel menyebutkan bahwa obat jantung dengan jenis-jenis tertentu bisa menyebabkan penyebaran Covid-19 lebih meluas. Sehingga, banyak pasien penyakit jantung yang berhenti mengonsumsi obat.
Hal tersebut mendorong otoritas kesehatan di seluruh Eropa dan Amerika untuk menyarankan pasien jantung yang berisiko lebih tinggi terhadap Covid-19, agar terus meminum obat mereka.
Selain itu, Profesor Garry Jennings AO, Ketua Penasihat Medis Heart Foundation Australia mengatakan, jika pasien penyakit jatung berhenti minum obat, mereka memaparkan diri terhadap serangan jantung atau risiko kematian yang lebih tinggi.
Demikian disarikan dari Al-Jazeera dan Agence France-Presse (AFP).
[Abu Syafiq/Fimadani]
Di tengah keresahan itu, banyak informasi salah dan menyesatkan yang berseliweran di dunia maya tentang obat virus Corona. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Abu Vulkanik
Di antara obat-obatan palsu berbahaya yang disebutkan sejumlah artikel adalah mengonsumsi abu vulkanik, menggunakan lampu ultraviolet, dan desinfektan dengan klorin.
Padahal, menurut ahli kesehatan, hal tersebut dapat membahayakan tubuh jika digunakan dengan cara yang tidak benar.
2. Koloid Perak
Menurut artikel yang disebutkan di sejumlah media sosial, obat virus Corona adalah partikel perak dalam bentuk cair yang dikenal sebagai koloid perak.
Efek samping koloid perak terhadap tubuh seseorang adalah perubahan warna kulit menjadi abu-abu kebiruan. Sehingga, tubuh tidak bisa menyerap sejumlah obat termasuk antibiotik.
Hal tersebut diinformasikan oleh National Institutes of Health (INH), sebuah lembaga di Kementerian Kesehatan Amerika Serikat.
3. Kokain
Kokain merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh, bukan obat untuk menyembuhkan penyakit termasuk Covid-19.
“Kokain tidak bisa melindungi tubuh dari Covid-19,” kata juru bicara pemerintah Prancis dalam akun Twitter-nya menanggapi banyak pertanyaan tentang kokain.
Penyebaran informasi yang cepat di internet membuat sejumlah pasien dengan penyakit tertentu merasa resah, sehingga mereka melakukan kesalahan fatal yang justru membahayakan diri mereka sendiri.
Misalnya, sejumlah artikel menyebutkan bahwa obat jantung dengan jenis-jenis tertentu bisa menyebabkan penyebaran Covid-19 lebih meluas. Sehingga, banyak pasien penyakit jantung yang berhenti mengonsumsi obat.
Hal tersebut mendorong otoritas kesehatan di seluruh Eropa dan Amerika untuk menyarankan pasien jantung yang berisiko lebih tinggi terhadap Covid-19, agar terus meminum obat mereka.
Selain itu, Profesor Garry Jennings AO, Ketua Penasihat Medis Heart Foundation Australia mengatakan, jika pasien penyakit jatung berhenti minum obat, mereka memaparkan diri terhadap serangan jantung atau risiko kematian yang lebih tinggi.
Demikian disarikan dari Al-Jazeera dan Agence France-Presse (AFP).
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon