Sayyidah Aisyah, Nasab, Keutamaan dan Sifatnya

- April 07, 2020
Sayyidah Aisyah adalah salah seorang istri kesayangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia memiliki banyak keutamaan seperti disebutkan dalam sejumlah hadits.

Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang nasab, keutamaan dan sifatnya.

Nasabnya

Nama lengkapnya adalah Ummu Abdullah Aisyah binti Ash-Shiddiq Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Luai Al-Qurasyi At-Taimi. Ibunya bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir Al-Kinaniyyah.[1]

Sayyidah Aisyah lahir empat atau lima tahun setelah Baginda Muhammad diangkat sebagai Nabi terakhir.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menikahinya pada usia 6 tahun dan mencampurinya pada usia 9 tahun. Kesuciannya dari semua fitnah disebutkan dalam kitab suci Al-Qur`an.

Keutamaannya

1. Putri Abu Bakar Radhiyallahu Anhu

Sahabat terbaik Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu mendidik putrinya Aisyah Radhiyallahu Anha dengan pendidikan yang mulia semenjak kecil.

Hingga akhirnya, Aisyah dinikahi oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada usia 6 tahun. Mulai saat itu, Sayyidah Aisyah berada dalam rumah tangga kenabian dan dididik langsung oleh sang suami tercinta, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

2. Mempunyai keutamaan di atas semua wanita sejagat

Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari dan Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya keutamaan Aisyah di atas para wanita seperti keutamaan tsarid (bubur campuran roti, kaldu dan daging) di atas semua makanan.” (Muttafaq Alaih)[2]

3. Keutamaan Sayyidah Aisyah atas istri para Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu Sa`ad dalam At-Tabaqat Al-Kubra meriwayatkan ucapan Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha

“Aku diberi 10 keutamaan di atas semua istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,” ujar Aisyah.

Lalu ada orang yang bertanya, “Apakah itu wahai Ibunda orang-orang beriman?”

Sayyidah Aisyah lantas menjelaskannya.

Pertama, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah menikahi gadis selain diriku.

Kedua, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah menikahi wanita mana pun yang kedua orang tuanya telah berhijrah ke Madinah selain diriku.

Ketiga, Allah Ta’ala langsung menurunkan ayat dari langit tentang kesucianku dari semua berita bohong (haditsul ifki) yang disematkan kepadaku.

Keempat, Malaikat Jibril menjelma dalam rupaku dengan mengenakan kain sutra, lalu berujar kepada Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Nikahilah wanita ini, sungguh dia adalah istrimu.”

Kelima, aku mandi bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari air di bejana yang sama. Beliau tidak pernah melakukannya dengan istri-istri yang lain.

Keenam, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melakukan shalat malam pada saat aku tertidur di hadapannya. Beliau tidak pernah melakukannya terhadap istri-istri yang lain.

Ketujuh, wahyu turun dari kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada saat bersamaku. Wahyu tidak turun pada saat beliau bersama istri-istrinya yang lain.

Kedelapan, Allah mencabut nyawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada saat beliau berada dalam pelukanku.

Kesembilan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meninggal pada saat giliranku sebagai tempatnya bermalam.

Kesepuluh, jasad Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dikuburkan di rumahku.[3]

4. Wanita yang paling dicintai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Amru bin Al-Ash Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutusnya untuk bergabung dengan ke pasukan yang dikirim dalam misi Dzat As-Salasil.

 Amru menuturkan bahwa dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. “Siapakah wanita yang paling engkau cintai?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Aisyah.”[4]

5. Jibril mengirim salam kepadanya

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, disebutkan riwayat dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya,

“Wahai Aisyah. Ini Jibril. Dia mengirim salam kepadamu.”

Aisyah lalu menjawab, “Wa’laihissalam warahmatullahi wabarakatuh (semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan kepadanya). Sungguh, engkau melihat sesuatu yang tidak bisa aku lihat (wahai Nabi).”[5]

Sifatnya

1. Iman yang kuat dan penyabar

Di antara salah salah satu tanda kekuatan iman dan sikap sabar yang dimiliki Sayyidah Aisyah adalah pada saat beredarnya isu dan berita bohong terhadap dirinya. Hingga akhirnya turut ayat yang membebaskannya dari semua tuduhan tersebut.

2. Tegar dan tenang menghadapi ujian

Pada saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menderita sakit menjelang wafat, Sayyidah Aisyah merawat beliau di rumahnya.[6]

3. Pemalu

Sifat pemalu yang dimiliki Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha tergambar dalam kisah pernikahannya dengan Baginda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Syahar bin Hausyab menuturkan, “Aku datang kepada Asma binti Yazid Radhiyallahu Anha. Ia menyuguhkan semangkuk kurma kering atau kurma basah dan berkata, ‘Makanlah.’

Aku jawab, ‘Aku tidak berminat untuk makan.’ Ia lalu berkata dengan nada tinggi, ‘Makanlah. Sungguh aku yang merias Aisyah untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.’

Aku lantas membawa Aisyah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menyuruhnya duduk di samping kanan beliau.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu mengambil gelas berisi air dan meminumnya. Setelah itu beliau memberikannya kepada Aisyah.

Sayyidah Aisyah menganggukkan kepalanya. Ia tersipu malu.[7]

Demikian sekelumit tentang Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha, putri Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, istri tercinta Baginda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan ibunda bagi orang-orang yang beriman (ummul mukminin).

[Abu Syafiq/Fimadani]

[1] Usdul Ghabah Fi Ma’rifah Ash-Shahabah, Ibnu Al-Atsir (6/188); Siyar A’lam An-Nubala`, Adz-Dzahabi (2/135); Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahabah, Ibnu Hajar Al-Asqalani (4/101).
[2] Shahih Al-Bukhari (4/158); Shahih Muslim (4/1886).
[3] At-Tabaqat Al-Kubra (8/63).
[4] Shahih Al-Bukhari (5/5).
[5] Shahih Al-Bukhari (4/112); Shahih Muslim (4/
1896).
[6] Shahih Al-Bukhari (1/236).
[7] Musnad Al-Humaidi (1/179); Musnad Ahmad (45/570).
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search