Allah, Tuhan Yang Maha Mulia telah menciptakan segala hal dengan berpasang-pasangan atau berlawanan. Termasuk di antaranya adalah perbuatan manusia. Ada ketaatan, ada kemaksiatan. Ada pahala, ada dosa. Ada surga, ada neraka.
Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan surga dan mengancam orang-orang yang kufur dengan neraka. Namun, kebanyakan manusia lebih memilih perbuatan dosa dengan sadar dan tanpa sadar. Allah berfirman,
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Maidah: 9).
Ayat yang jelas ini telah diabaikan oleh banyak manusia yang mengaku beriman. Mereka terjebak oleh godaan iblis dan bala tentaranya dari setan yang menjanjikan kesenangan temporer dan kelezatan sesaat.
Memang benar apa yang disabdakan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,
"Neraka itu dikelilingi dengan syahwat (sesuatu yang disukai) dan surga dikelilingi dengan sesuatu yang tidak disukai." (HR. Al-Bukhari)
Maksudnya, neraka itu dikelilingi oleh sesuatu yang disukai oleh diri manusia berupa kesenangan dunia, kelalaian, perbuatan haram dan segala hal yang melupakan ketaatan. Jika seseorang menurutinya, ia akan terjerumus ke jurang neraka. Sebaliknya, surga dikelilingi oleh perbuatan yang terasa berat oleh nafsu, seperti melakukan ketataan berupa shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Perbuatan ini begitu berat bagi nafsu. Siapa saja yang sanggup melawan hawa nafsunya, ia bisa mendapatkan tiket masuk surga.
Bermula dari iseng
Ada perbuatan yang dimulai dari keisengan yang akhirnya jadi kebiasaan. Bisa jadi, seseorang iseng bersedekah, lalu jadi kebiasaan. Namun, apakah jadinya jika perbuatan iseng itu malah pada perbuatan maksiat? Tentu akan berubah menjadi kebiasaan buruk yang susah untuk dihilangkan.
Dalam kitabnya, Al-Jawab Al-Kafi Liman Sa`ala 'An Ad-Dawa` Asy-Syafi, Ibnul Qayyim menyebutkan terkait perbuatan hobi maksiat. Ia mengatakan, di antara ciri-ciri kecintaan seseorang terhadap maksiat adalah tercabutnya rasa benci dari hatinya terhadap perbuatan itu, lalu berubah menjadi kebisaan, yang pada akhirnya ia tidak lagi peduli terhadap pandangan manusia yang jijik padanya dan omongan buruk terhadap dirinya.
Begitulah jika perbuatan maksiat telah menjadi hobi dan kebiasaan. Padangan manusia terhadap perbuatan yang dilakukannya seolah-olah angin lalu yang tak perlu diindahkan. Nasihat kebaikan yang disampaikan saudara, keluarga atau bahkan teman ibarat suara kendaraan yang sedang bising dan tak perlu dipedulikan. Bahkan, lebih parah jika dinasihati, ia menjadi marah.
Dalam beberapa kasus, didapati pelaku maksiat yang dinasihati tidak mau menerima nasihat, bahkan mencari-cari kesalahan orang lain untuk mengaburkan masalah yang ada pada dirinya. Sehingga, perhatian masyarakat sekitar tertuju kepada orang yang menasihati dirinya itu, bukan pada dirinya sendiri.
Pada era digital ini, kemaksiatan sangat merajalela. Jika tidak ada iman yang kuat di dalam hati, pintu-pintu kemaksiatan dengan mudah diakses cukup dengan jari. Kenakalan remaja, bermula dari tontonan senonoh di internet. Murid melawan guru, terinspirasi dari film-film bergenre kriminal. Pasangan suami atau istri berkhianat, bermula dari keisengan curhat di media sosial, lalu ada yang menimpali, dilanjutkan dengan pesan pribadi, bertukar nomor telefon, saling mengirim pesan, kemudian melakukan panggilan suara dan video, akhirnya terjadilah kemaksiatan itu. Wal'iyadzubillah.
Tidak ada yang selamat dari perbuatan maksiat selain orang-orang yang memegang teguh agamanya. Selama hidup masih dikandung badan dan kesempatan masih ada, bertobatlah segera. Pintu tobat masih terbuka sebelum nyawa berada di kerongkongan dan sebelum matahari terbit di sebelah barat. Sesungguhnya Allah Maha penerima tobat.
"Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Asy-Syura: 25)
Semoga kita termasuk orang-orang yang menyesal di dunia atas kesalahan dan kemaksiatan, sehingga bersegera kembali ke jalan yang benar. Bukan orang-orang yang baru akan menyesal di akhirat atas perbuatan dosanya di dunia. Sebab, pada hari itu tidak ada lagi guna harta dan anak-anak. Allah berfirman,
"(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, . kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, dan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa, dan neraka Jahim diperlihatkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat.” (QS. Asy-Syu'ara`: 88-91)
Advertisement
EmoticonEmoticon