“Ustadz, tolong carikan saya calon istri.”
“Alhamdulillah… kebetulan di rumah saya banyak data akhwat.”
“Tapi ada kriterianya Ustadz…”
“Bagaimana kriterianya?”
“Saya ingin yang cantik, anaknya tokoh, kaya, dan shalihah. Biar empat-empatnya yang disebutkan Nabi ada Ustadz.”
Ustadz terdiam beberapa saat. Lalu ia menjawab, “Kalau ada yang begitu, saya juga mau.”
***
Sering kali alasan seorang pemuda tidak kunjung menikah adalah belum mendapatkan calon yang tepat. Dan tidak jarang terjadi, hal itu dikarenakan kriteria calon yang ia harapkan sangat tinggi. Setidaknya untuk kondisi dirinya. Mirip dengan dialog di atas.
Memang Rasulullah mensabdakan alasan orang menikahi perempuan karena empat hal.
“Wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya agar engkau beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat hal tersebut –harta, kedudukan, kecantikan dan agama- merupakan alasan umum laki-laki menikahi wanita. Namun dalam hadits ini justru Rasulullah menuntun agar memilih istri karena faktor agama yang baik. Ia wanita shalihah. Tentu boleh cantik, boleh kaya, boleh keturunan bangsawan, bahkan kalau bisa ketiganya ada. Namun jangan sampai ia kurang memiliki agama.
Juga, jangan sampai mengejar keempatnya lalu pernikahan tertunda-tunda karena yang seperti itu sulit ditemukan. Kalaupun ada, pertanyaan berikutnya adalah, apakah ia mau denganmu?
Maka Al Khawarizmi, sang penemu angka 0, memiliki rumus. Agama bagi calon istri merupakan angka 1. Sedangkan faktor lain merupakan angka 0.
Jika calon istri cantik, kaya dan anak bangsawan, ia mengumpulkan tiga 0 dalam dirinya. Tapi tanpa agama, tiga angka 0 itu tidak bernilai.
Namun jika agamanya bagus, maka ia bernilai 1 dengan tiga 0 di belakangnya. Artinya, calon istri tersebut bernilai 1000.
Yang dimaksud dengan agama bukanlah sekedar pengetahuan atau aspek kognitif. Bukan pula latar belakang pendidikan jurusan agama. Tetapi pemahaman dan pengamalannya. Aqidahnya lurus (salimul aqidah), ibadahnya benar (shahihul ibadah), akhlaqnya baik (matinul khuluq).
Wanita cantik dan agamanya baik, ia akan menggunakan kecantikannya untuk melayani suami. Persis seperti gambaran istri membahagiakan dalam hadits Nabi; jika dipandang ia menyenangkan. Maka sakinah mawaddah wa rahmah pun tercipta dalam rumah tangga.
Wanita kaya dan agamanya baik, ia akan memanfaatkan kekayaannya di jalan kebaikan. Seperti Khadijah radhiyallahu ‘anha yang senantiasa membantu dakwah dan perjuangan Rasulullah dengan hartanya.
Wanita dari nasab terhormat dan agamanya baik, ia menjadi kehormatan tersendiri bagi suami. Menambah kemuliaan suami, bukan merendahkannya.
Ada empat tipe suami istri dalam Al Quran. Pertama, suami dan istri sama-sama masuk neraka. Dalam Al Quran disebutkan contoh Abu Lahab dan istrinya dalam kelompok ini.
Kedua, suami masuk neraka tapi istrinya masuk surga. Dalam Al Qur’an ada Fir’aun dan istrinya. Fir’aun sang raja zalim bahkan mengaku tuhan merupakan ahli neraka. Namun istrinya, Asiyah, adalah wanita bertauhid yang teguh memegang imannya. Maka ia menjadi ahli surga.
Ketiga, suami masuk surga tapi istrinya masuk neraka. Al Quran mencontohkan istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Sang suami adalah nabi yang dijamin masuk surga. Namun istrinya durhaka dan mendustakan kenabian, maka wanita itu pun masuk neraka.
Keempat, suami masuk surga dan istri juga masuk surga. Nabi Ibrahim dan istri-istrinya adalah contoh keluarga ini. Demikian pula Rasulullah Muhammad dan istri-istri beliau.
Maka segeralah menikah wahai para pemuda. Dan pilihlah wanita shalihah. Wanita yang beriman, yang baik agamanya. Kriteria yang lain boleh, tapi bukan yang utama. Sebab pasti kita semua menginginkan keluarga tipe keempat, suami istri masuk surga. Maka pilihlah calon istri untuk dunia dan akhirat. Di dunia penuh cinta, di akhirat penuh bahagia di surgaNya. [Muchlisin BK/Fimadani.Net]
“Alhamdulillah… kebetulan di rumah saya banyak data akhwat.”
“Tapi ada kriterianya Ustadz…”
“Bagaimana kriterianya?”
“Saya ingin yang cantik, anaknya tokoh, kaya, dan shalihah. Biar empat-empatnya yang disebutkan Nabi ada Ustadz.”
Ustadz terdiam beberapa saat. Lalu ia menjawab, “Kalau ada yang begitu, saya juga mau.”
***
Sering kali alasan seorang pemuda tidak kunjung menikah adalah belum mendapatkan calon yang tepat. Dan tidak jarang terjadi, hal itu dikarenakan kriteria calon yang ia harapkan sangat tinggi. Setidaknya untuk kondisi dirinya. Mirip dengan dialog di atas.
Memang Rasulullah mensabdakan alasan orang menikahi perempuan karena empat hal.
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya agar engkau beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat hal tersebut –harta, kedudukan, kecantikan dan agama- merupakan alasan umum laki-laki menikahi wanita. Namun dalam hadits ini justru Rasulullah menuntun agar memilih istri karena faktor agama yang baik. Ia wanita shalihah. Tentu boleh cantik, boleh kaya, boleh keturunan bangsawan, bahkan kalau bisa ketiganya ada. Namun jangan sampai ia kurang memiliki agama.
Juga, jangan sampai mengejar keempatnya lalu pernikahan tertunda-tunda karena yang seperti itu sulit ditemukan. Kalaupun ada, pertanyaan berikutnya adalah, apakah ia mau denganmu?
Calon Istri Rumus Al Khawarizmi
Maka Al Khawarizmi, sang penemu angka 0, memiliki rumus. Agama bagi calon istri merupakan angka 1. Sedangkan faktor lain merupakan angka 0.
Jika calon istri cantik, kaya dan anak bangsawan, ia mengumpulkan tiga 0 dalam dirinya. Tapi tanpa agama, tiga angka 0 itu tidak bernilai.
Namun jika agamanya bagus, maka ia bernilai 1 dengan tiga 0 di belakangnya. Artinya, calon istri tersebut bernilai 1000.
Yang dimaksud dengan agama bukanlah sekedar pengetahuan atau aspek kognitif. Bukan pula latar belakang pendidikan jurusan agama. Tetapi pemahaman dan pengamalannya. Aqidahnya lurus (salimul aqidah), ibadahnya benar (shahihul ibadah), akhlaqnya baik (matinul khuluq).
Wanita cantik dan agamanya baik, ia akan menggunakan kecantikannya untuk melayani suami. Persis seperti gambaran istri membahagiakan dalam hadits Nabi; jika dipandang ia menyenangkan. Maka sakinah mawaddah wa rahmah pun tercipta dalam rumah tangga.
Wanita kaya dan agamanya baik, ia akan memanfaatkan kekayaannya di jalan kebaikan. Seperti Khadijah radhiyallahu ‘anha yang senantiasa membantu dakwah dan perjuangan Rasulullah dengan hartanya.
Wanita dari nasab terhormat dan agamanya baik, ia menjadi kehormatan tersendiri bagi suami. Menambah kemuliaan suami, bukan merendahkannya.
Pilih Calon Istri untuk Dunia dan Akhirat
Ada empat tipe suami istri dalam Al Quran. Pertama, suami dan istri sama-sama masuk neraka. Dalam Al Quran disebutkan contoh Abu Lahab dan istrinya dalam kelompok ini.
Kedua, suami masuk neraka tapi istrinya masuk surga. Dalam Al Qur’an ada Fir’aun dan istrinya. Fir’aun sang raja zalim bahkan mengaku tuhan merupakan ahli neraka. Namun istrinya, Asiyah, adalah wanita bertauhid yang teguh memegang imannya. Maka ia menjadi ahli surga.
Ketiga, suami masuk surga tapi istrinya masuk neraka. Al Quran mencontohkan istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Sang suami adalah nabi yang dijamin masuk surga. Namun istrinya durhaka dan mendustakan kenabian, maka wanita itu pun masuk neraka.
Keempat, suami masuk surga dan istri juga masuk surga. Nabi Ibrahim dan istri-istrinya adalah contoh keluarga ini. Demikian pula Rasulullah Muhammad dan istri-istri beliau.
Maka segeralah menikah wahai para pemuda. Dan pilihlah wanita shalihah. Wanita yang beriman, yang baik agamanya. Kriteria yang lain boleh, tapi bukan yang utama. Sebab pasti kita semua menginginkan keluarga tipe keempat, suami istri masuk surga. Maka pilihlah calon istri untuk dunia dan akhirat. Di dunia penuh cinta, di akhirat penuh bahagia di surgaNya. [Muchlisin BK/Fimadani.Net]
Advertisement
EmoticonEmoticon