Ini 4 Wabah yang Pernah Menyebabkan Masjid Kosong Tanpa Jamaah

- Maret 25, 2020
Beberapa abad silam, terjadi wabah yang menginfeksi ratusan ribu orang. Bahkan, ada wabah yang menyebabkan 2 juta orang meninggal dunia.

Kaum muslimin termasuk orang-orang yang menjadi korban dari wabah tersebut. Sehingga, banyak masjid yang kosong tanpa jamaah. Tidak ada shalat berjamaah, shalat jumat, kajian umum, kelompok hafalan Al-Qur`an dan kegiatan lainnya.

Berikut ini ada 4 wabah mengerikan yang tercatat dalam beberapa literatur sejarah.

1. Epidemi Mekah

Literatur sejarah Islam menyebutkan banyak epidemi yang menyebabkan masjid kosong karena tidak ada jamaah yang datang. Kota Makkah dan Masjidil Haram pun tidak luput dari epidemi itu.

Al-Hafizh Ibnu Hajar (wafat 852 H), dalam kitabnya, “Inba` Al-Ghumri bi Abna` Al-Umri” menceritakan epidemi yang terjadi pada tahun 827 H.

Pada awal tahun 827 H ini, sebuah epidemi besar terjadi di Mekah, yang mana 40 orang meninggal setiap harinya. Jumlah korban yang meninggal pada bulan Rabiul Awwal sebanyak 1.700 orang. 

Seorang imam Masjidil Haram bermazhab Syafi’i yang bergelar Imam Maqam menuturkan, jamaah yang ikut melaksanakan shalat berjamaah di belakangnya hanya 2 orang.

Sementara itu, 3 imam lain yang bermazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali tidak mempunyai jamaah. Sehingga, mereka tidak melaksanakan shalat berjamaah di Masjidil Haram.

Imam Masjidil Haram yang bermazhab Syafi’i bergelar Imam Maqam karena mengimami para jamaah di sisi Maqam Ibrahim.

Saya (Ibnu Hajar) tidak mengetahui secara pasti apa penyebab berkurangnya jamaah yang melaksanakan shalat berjamaah di Masjidil Haram kala itu.

Apakah karena jumlah kasus dan meninggal yang begitu banyak, sehingga orang-orang sibuk merawat keluarganya yang sakit dan menguburkan kerabat yang meninggal dunia? Atau karena penduduk Makkah menahan diri untuk berkumpul di Masjidil Haram karena takut terinfeksi virus.

Jika ditilik, dalam dua atau tiga bulan tercatat jumlah kematian 1.700 orang, sehingga disimpulkan bahwa jumlah kasus dan kematian dalam rentang waktu itu bukan penyebab orang-orang untuk tidak datang ke masjid.

Jadi, mereka tidak datang ke Masjidil Haram karena khawatir terinfeksi virus.

2. Epidemi Tunisia

Beberapa abad sebelumnya, Ibnu Idzari Al-Marrakusyi (wafat 695 H), dalam kitabnya “Al-Bayan Al-Muhgrib fi Akhbar Al-Andalus wa Al-Mahgrib” menceritakan sebuah epidemi hebat yang terjadi di Tunisia pada tahun 395 H.

Epidemi ini berimbas pada perekonomian negara. Harga barang menjadi naik di mana-mana. Banyak korban yang meninggal dari kalangan orang-orang-orang kaya dan miskin.

Pada waktu itu, aktivitas masyarakat berkisar antara rumah sakit, klinik, pemandian jenazah atau pemakaman umum. Akibatnya, semua masjid yang ada di kota Kairouan menjadi kosong.

Baca juga: Doktor Katolik Amerika: Anjuran Nabi Muhammad Efektif Dalam Mengatasi Pandemi

3. Epidemi Andalusia

Di Andalusia (Spanyol), peristiwa serupa pernah terjadi. Imam Adz-Dzahabi dalam kitab “Tarikh Al-Islam" menceritakan epidemi yang terjadi pada 448 H.

Pada tahun itu terjadi kekeringan hebat dan wabah kelaparan di Andalusia. Banyak korban yang meninggal di Seville. Masjid-masjid ditutup karena tidak ada yang berani keluar rumah untuk melaksanakan shalat.

Dalam kitab “Siyar A’lam An-Nubala`”, Imam Adz-Dzahabi juga menyebutkan, pada tahun itu terjadi kekeringan hebat di Andalusia.

Peristiwa kekeringan dan wabah kelaparan seperti itu belum pernah terjadi di Kordoba, sampai-sampai semua masjid ditutup karena tidak ada yang datang untuk shalat. Tahun itu disebut dengan Tahun Kelaparan Besar.

Baca juga: Dokter Palestina Temukan Vaksin Anti-Corona? Ini Faktanya

4. Pandemi Asia Tengah

Pada tahun berikutnya, tahun 449 H, terjadi wabah lain yang lebih besar dan menjangkiti banyak wilayah.

Ibnul Jauzi dalam kitabnya “Al-Muntazham fi Tarikh Al-Muluk wa Al-Umam” menggambarkan wabah besar yang mengerikan, cepat menyebar dan membunuh banyak orang itu dengan rinci.

Pandemi ini berasal dari wilayah yang saat ini termasuk dalam kawasan Asia Tengah yaitu Cina, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

Ibnul Jauzi menyebutkan, korban meninggal akibat pandemi ini sekitar 2 juta orang. Pandemi ini juga menyebar ke barat sampai Irak.

Pada tahun 449 H, beberapa pedagang dari Transoxiana mengirim surat kepada Ibnul Jauzi bahwa sebuah pandemi terjadi di wilayah mereka dan telah memakan banyak korban jiwa. Di wilayah tersebut, korban yang meninggal dalam satu hari berjumlah 18.000 orang.

“Hingga kitab Al-Muntazham ini ditulis, korban yang meninggal berjumlah 1.750.000 jiwa,” terang Ibnul Jauzi.

Ketika menggambarkan keadaan Asia Tengah pada saat itu, seolah-olah Ibnul Jauzi menceritakan kondisi dunia yang sedang kita rasakan hari ini akibat virus Corona.

“Pada saat melewati wilayah tersebut, orang-orang akan melihat pemandangan berupa pasar yang kosong, jalanan yang sepi, pintu rumah dan bangunan yang tertutup, serta semua bentuk perdagangan dan urusan duniawi yang terhenti. Aktivitas manusia sepanjang siang dan malam adalah memandikan, menshalatkan, dan menguburkan jenazah. Hingga, masjid-masjid pun kosong dari jamaah.”

Semoga tulisan ini bermanfaat. Semoga Allah Ta’ala segera mengangkat pandemi yang sedang melanda dunia kita saat ini. Aamiin, Allahumma Aamiin.

[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search