Amerika Serikat dikenal memiliki banyak agen di luar negeri, termasuk negeri muslim. Melalui agen-agen itu, propaganda didengungkan agar negeri tersebut sejalan dengan kepentingan Amerika.
Salah satu caranya, Amerika melihat tokoh-tokoh yang mulai berpengaruh dan merekrutnya.
Sayyid Qutb dilihat memiliki potensi itu. Namanya mulai banyak dikenal. Tulisannya banyak dibaca. Dan kini, musim semi 1948, ia ditugaskan Kementerian Pendidikan Mesir (Wizaarah Al Ma’aarif) ke Amerika.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Amerika. Mereka memiliki banyak pendekatannya yang terangkum dalam akronim MICE: Money, Ideology, Compromise, Ego.
Money, memberikan kompensasi uang dan kekayaan kepada agen. Namun dalam poin ini, Sayyid Qutb diketahui tidak terlalu tertarik dengan uang.
Merekrut agen paling mudah jika ada kesamaan ideology. Sayyid Qutb saat itu dipandang punya beberapa kesamaan dalam ideologi karena pernah menyuarakan kebebasan. Namun karyanya mulai berubah sehingga tak sepenuhnya bisa diyakini akan bisa direkrut dengan pendekatan ideologi.
Jalan yang terbuka adalah compromise. Dibuat skenario agar Sayyid Qutb mau berkompromi dengan Amerika. Pertama, melalui sejumlah upaya menjerat Sayyid Qutb dengan wanita. Jika ini berhasil, tentu sangat mudah mengajaknya berkompromi; menjadi agen Amerika atau aibnya dibuka.
Dr Shalah al Khalidiy melalui bukunya Biografi Sayyid Quthb menjelaskan, ada sejumlah upaya menjerat Sayyid dengan wanita.
1. Gadis yang menggoda Sayyid Qutb di atas kapal
2. Gadis lain yang merayunya mati-matian sampai mengejarnya dari satu kampus ke kampus yang lain
3. Gadis yang berdebat dengannya soal s*ks bebas di Institut Pendidikan di Greeley, Colorado
4. Perawat wanita yang menggodanya saat Sayyid Qutb dirawat di rumah sakit
5. Karyawati hotel yang menawarkan diri kepadanya
Tak hanya Sayyid Qutb yang digoda seperti ini. Dalam Tafsir Al Azhar diceritakan Kisah Buya Hamka pada tahun 1952. Ia ditawari tidur dengan perempuan muda di hotel Amerika tempatnya menginap saat itu.
Upaya itu gagal total. Sayyid Qutb berhasil selamat dari seluruh jebakan para wanita tersebut.
Namun tak berhenti di situ. Amerika juga berusaha merekrut Sayyid Qutb melalui agennya dengan pendekatan ideologi. Berusaha mempengaruhi Sayyid Qutb agar pro Barat dan menghambat Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Bahkan tak hanya agen Amerika, agen Inggris bernama John Howart Dunn juga mendekati Sayyid Qutb. Ia mengatakan hal yang sama bahwa masa depan Mesir terancam dengan adanya gerakan Ikhwanul Muslimin yang semakin besar.
Ia mengatakan kepada Sayyid Qutb bahwa sekaranglah saatnya menghambat naiknya Ikhwanul Muslimin ke pemerintahan. Dan yang bisa melakukannya hanya para akademisi dan pemikir seperti Sayyid Qutb.
Sayyid Qutb pemikir cerdas. Ia tak serta merta mudah dipengaruhi dengan satu informasi. Mendapatkan banyak informasi tentang Ikhwanul Muslimin dari agen Barat yang memusuhi gerakan Islam itu justru membuat Sayyid Qutb semakin penasaran. Selama di Mesir ia tidak terlalu perhatian terhadap Ikhwan, justru di Barat ia mulai memikirkan organisasi yang didirikan Hasan Al Banna itu.
Puncaknya, saat Sayyid Qutb jatuh sakit pada Februari 1949. Dan inilah yang dituturkannya sendiri dalam bukunya Limaadza A’dzamunii.
“Aku masih berada di Amerika waktu Asy Syahid Hasan Al Banna terbunuh pada 1949. Peristiwa itu betul-betul menyita perhatianku seiring pemberitaan gegap gempita yang dilakukan tak hanya media Amerika tapi juga surat kabar Inggris yang beredar di Amerika. Mereka sangat senang karena gerakan itu terancam bubar akibat terbunuhnya sang pemimpin.”
Sayyid Qutb juga melihat bagaimana kegembiraan para pegawai rumah sakit mendengar berita terbunuhnya Hasan Al Banna. Bahkan ada pesta pora di Amerika menyambut kematian tokoh Islam dari negerinya itu.
Sejak itulah Sayyid Qutb tercerahkan. Ia tahu kebusukan Amerika sebagaimana Inggris yang telah menjajah negerinya. Dan tidaklah tokoh serta gerakan Islam dijadikan musuh nomor satu oleh Amerika dan Inggris, kecuali di atas kebenaran sekaligus memiliki kekuatan yang menakutkan.
Maka begitu tiba di Mesir, Sayyid Qutb bergegas mencari ikhwanul Muslim. Hubungannya semakin intens dan akhirnya resmi bergabung dengan harakah Islamiyah itu. [Fimadani]
Salah satu caranya, Amerika melihat tokoh-tokoh yang mulai berpengaruh dan merekrutnya.
Sayyid Qutb dilihat memiliki potensi itu. Namanya mulai banyak dikenal. Tulisannya banyak dibaca. Dan kini, musim semi 1948, ia ditugaskan Kementerian Pendidikan Mesir (Wizaarah Al Ma’aarif) ke Amerika.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Amerika. Mereka memiliki banyak pendekatannya yang terangkum dalam akronim MICE: Money, Ideology, Compromise, Ego.
Money, memberikan kompensasi uang dan kekayaan kepada agen. Namun dalam poin ini, Sayyid Qutb diketahui tidak terlalu tertarik dengan uang.
Merekrut agen paling mudah jika ada kesamaan ideology. Sayyid Qutb saat itu dipandang punya beberapa kesamaan dalam ideologi karena pernah menyuarakan kebebasan. Namun karyanya mulai berubah sehingga tak sepenuhnya bisa diyakini akan bisa direkrut dengan pendekatan ideologi.
Jebakan Compromise
Jalan yang terbuka adalah compromise. Dibuat skenario agar Sayyid Qutb mau berkompromi dengan Amerika. Pertama, melalui sejumlah upaya menjerat Sayyid Qutb dengan wanita. Jika ini berhasil, tentu sangat mudah mengajaknya berkompromi; menjadi agen Amerika atau aibnya dibuka.
Dr Shalah al Khalidiy melalui bukunya Biografi Sayyid Quthb menjelaskan, ada sejumlah upaya menjerat Sayyid dengan wanita.
1. Gadis yang menggoda Sayyid Qutb di atas kapal
2. Gadis lain yang merayunya mati-matian sampai mengejarnya dari satu kampus ke kampus yang lain
3. Gadis yang berdebat dengannya soal s*ks bebas di Institut Pendidikan di Greeley, Colorado
4. Perawat wanita yang menggodanya saat Sayyid Qutb dirawat di rumah sakit
5. Karyawati hotel yang menawarkan diri kepadanya
Tak hanya Sayyid Qutb yang digoda seperti ini. Dalam Tafsir Al Azhar diceritakan Kisah Buya Hamka pada tahun 1952. Ia ditawari tidur dengan perempuan muda di hotel Amerika tempatnya menginap saat itu.
Propaganda Ideology
Upaya itu gagal total. Sayyid Qutb berhasil selamat dari seluruh jebakan para wanita tersebut.
Namun tak berhenti di situ. Amerika juga berusaha merekrut Sayyid Qutb melalui agennya dengan pendekatan ideologi. Berusaha mempengaruhi Sayyid Qutb agar pro Barat dan menghambat Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Bahkan tak hanya agen Amerika, agen Inggris bernama John Howart Dunn juga mendekati Sayyid Qutb. Ia mengatakan hal yang sama bahwa masa depan Mesir terancam dengan adanya gerakan Ikhwanul Muslimin yang semakin besar.
Ia mengatakan kepada Sayyid Qutb bahwa sekaranglah saatnya menghambat naiknya Ikhwanul Muslimin ke pemerintahan. Dan yang bisa melakukannya hanya para akademisi dan pemikir seperti Sayyid Qutb.
Titik Balik Sayyid Qutb
Sayyid Qutb pemikir cerdas. Ia tak serta merta mudah dipengaruhi dengan satu informasi. Mendapatkan banyak informasi tentang Ikhwanul Muslimin dari agen Barat yang memusuhi gerakan Islam itu justru membuat Sayyid Qutb semakin penasaran. Selama di Mesir ia tidak terlalu perhatian terhadap Ikhwan, justru di Barat ia mulai memikirkan organisasi yang didirikan Hasan Al Banna itu.
Puncaknya, saat Sayyid Qutb jatuh sakit pada Februari 1949. Dan inilah yang dituturkannya sendiri dalam bukunya Limaadza A’dzamunii.
“Aku masih berada di Amerika waktu Asy Syahid Hasan Al Banna terbunuh pada 1949. Peristiwa itu betul-betul menyita perhatianku seiring pemberitaan gegap gempita yang dilakukan tak hanya media Amerika tapi juga surat kabar Inggris yang beredar di Amerika. Mereka sangat senang karena gerakan itu terancam bubar akibat terbunuhnya sang pemimpin.”
Sayyid Qutb juga melihat bagaimana kegembiraan para pegawai rumah sakit mendengar berita terbunuhnya Hasan Al Banna. Bahkan ada pesta pora di Amerika menyambut kematian tokoh Islam dari negerinya itu.
Sejak itulah Sayyid Qutb tercerahkan. Ia tahu kebusukan Amerika sebagaimana Inggris yang telah menjajah negerinya. Dan tidaklah tokoh serta gerakan Islam dijadikan musuh nomor satu oleh Amerika dan Inggris, kecuali di atas kebenaran sekaligus memiliki kekuatan yang menakutkan.
Maka begitu tiba di Mesir, Sayyid Qutb bergegas mencari ikhwanul Muslim. Hubungannya semakin intens dan akhirnya resmi bergabung dengan harakah Islamiyah itu. [Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon