Santri dan Abangan Masa Kini Menurut Kyai Cholil

- November 06, 2018
Kalangan abangan dan kalangan santri adalah istilah yang ada di sebuah daerah di Indonesia. KH Cholil Ridwan mengungkapkan makna dari istilah tersebut.

“Kalangan santri adalah yang taat menjalankan perintah agama, karena dia punya ilmunya. Dia nyantren. Ada yang tidak nyantren, namun dia taat, maka dia dipanggil santri, [atau] kalangan santri,” ujar Kyai Cholil di sela-sela deklarasi Komandi Ulama Pemenangan Prabowo Sandi, Ahad (4 November 2018), di GOR Soemantri Brojonegoro, Jakarta Selatan.

“Sebaliknya, ada kalangan abangan. Kalangan abangan ini yang tidak nyantri. Maka dia tidak shalat, tidak puasa (tidak shaum), tidak yang lainnya,” lanjut Kyai yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Namun, kata Kiyai Cholil, pada masa kini kenyataannya berbeda. Istilah abangan dan santri bisa berubah makna.

“Ada orang yang ilmunya abangan, tetapi amal sehari-harinya santri. Di shalat lail, shalat dhuha, sedekah, minum tangan kanan, minum sambil duduk. Itu adalah santri dalam perilaku sehari-hari,” jelas Kyai Cholil.

“Tapi ada juga, orang yang ilmunya santri, anak Kyai, minumnya tangan kiri sambil berdiri. Resepsi pernikahan anaknya tanpa menggunakan hijab [antara laki-laki dan perempuan]. Malah, ada yang besannya dari kalangan Yahudi atau Nasrani,” sambung Kyai Cholil.

Menurut pengalamannya, Kyai Cholil pernah menghadiri resepsi pernikahan kalangan santri, namun suasana resepsi tersebut jauh dari nilai keislaman.

“Ada profesor ahli hukum syariah lulusan sebuah universitas terkenal di dunia, ketika resepsi pernikahan anaknya, ada panggung musik, lagunya lagu barat, penyanyinya wanita yang mengumbar aurat,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Kyai Cholil juga mengajak para hadirin untuk memilih Prabowo Sandi sebagai dukungan terhadap hasil Ijtima ulama pertama dan kedua.

[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search