UAH: Kaum Quraisy yang Fasih Berbahasa Arab Tak Marah Disebut Kafir

- Maret 02, 2019
Beberapa hari terakhir, media sosial diramaikan dengan keputusan sebuah organisasi massa Islam yang mengganti penyebutan kafir terhadap nonmuslim dengan muwathin (warga negara).

Di antara alasannya adalah untuk menghilangkan kekerasan secara teologi.

Jauh sebelum ini, dai kondang Ustadz Adi Hidayat, Lc, MA (UAH) telah membahas hal ini. Dalam sebuah kajian, UAH menuturkan bahwa suatu ketika pada masa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ada utusan dari kaum Quraisy yang datang kepada beliau.

Salah seorang di antara mereka bertutur, “Wahai Muhammad, kita memang beda, tapi jangan sampai perbedaan ini membuat kita berperang. Begini saja, malam ini kami sembah Tuhan kamu, besok kamu sembah Tuhan kita.”

Setelah itu, turun surah Al-Kafirun kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

“Orang Arab, paham bahasa Arab, paling fasih (berbahasa Arab) disebut kafir, enggak marah,” jelas UAH.

“Yang paling aneh orang sekarang, orang Arab bukan, enggak bisa bahasa Arab, enggak fasih juga, disebut kafir malah marah,” lanjut UAH.

Menurut UAH, seharusnya mereka tidak marah, karena istilah kafir adalah bahasa sopan, bukan kasar.

[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search