Setelah Kamp Konsentrasi Terungkap, Ini Cara Baru Cina Habisi Etnis Uighur

- Desember 24, 2018
Hari demi hari, penderitaan yang dialami kaum muslimin Uighur di Xinjiang terus bertambah. Sejumlah jurnalis dan peneliti di berbagai dunia mencari informasi akurat tentang hal tersebut.

Salah satunya adalah portal Turkistantimes yang mengutip sejumlah sumber tentang perlakuan diskriminatif pemerintah Cina terhadap muslim Uighur.

Setelah terungkapnya rahasia tentang kamp-kamp konsentrasi tempat muslim Uighur ditahan dan disiksa, pemerintah Cina mengambil langkah baru untuk mengintimidasi dan menghabisi kaum muslimin di Xinjiang dengan mengadopsi istilah Big Brother.

Big Brother tokoh fiksi yang ditulis George Orwell dalam novel 1984. Pada masa sekarang, Big Brother adalah istilah tentang penyalahgunaan penyalahgunaan kekuasaan oleh rezim yang sedang berkuasa, khususnya dalam hal kebebasan sipil dan spionase.

Narasumber dalam hal ini adalah seorang insinyur Uighur di pengasingan bernama Helmorat Idris yang berusia 49 tahun. Selama di pengasingan, Idris berkomunikasi dengan keluarganya melalui situs jejaring sosial. Sebagian akunnya telah ditutup karena khawatir anggota keluarganya disiksa oleh pemerintah Cina.

Idris menuturkan, dia pernah menerima sebuah foto adik perempuannya yang berusia 39 tahun. Di dalam foto tersebut terlihat seorang wanita tua yang tidak dikenalnya. Dia merasa ada sesuatu yang buruk telah terjadi setelah melihat mimik wajah adiknya yang ketakutan.

Di lain waktu, adiknya tersebut mengirimi foto lain bersama perempuan yang sama. Kali ini, adiknya berpose sambil tersenyum yang terkesan dipaksakan.

“Lihat! Sekarang saya punya ibu dari suku Han,” kata adiknya.

Akhirnya, Idris tahu bahwa wanita tua tersebut adalah mata-mata yang dikirim oleh pemerintah Cina untuk mengawasi keluarganya.

Baca juga: Fakta Baru Kamp Konsentrasi untuk Muslim Uighur

Inteligen Cina

Pengiriman intelijen ke wilayah Xinjiang diakui oleh pihak pemerintah Cina. Hal tersebut dinyatakan dalam surat kabar resmi Partai Komunis Cina sedang yang berkuasa.

Surat kabar tersebut melansir, pada akhir September 2018 lalu, sekitar 1,1 juta orang dikerahkan ke rumah, restoran dan tempat shalat etnis Uighur. Begitu pula dengan acara-acara yang diselenggarakan oleh muslim Uighur seperti resepsi pernikahan dan pemakaman.

Pemerintah Cina mempunyai alasan sendiri dalam pengiriman orang-orang tersebut. Menurut mereka, ini adalah program pertukaran budaya antara suku Han dan Uighur.

Warga Uighur menilai, program Big Brother yang dicanangkan pemerintah Cinai itu merupakan cara baru memaksa muslim Uighur menjalani kehidupan kehidupan sekuler seperti mayoritas suku Han. 

Apapun bentuk tindakan atau perilaku yang berbeda dengan gaya hidup anggota partai yang berkuasa, dicap pihak berwenang sebagai indikasi tindakan ekstremisme atau terorisme.
Sensor di mana-mana

Di bawah pemerintahan Presiden Cina Xi Jinping, wilayah yang didiami muslim Uighur penuh dengan pengawasan yang ketat. Mulai dari pos pemeriksaan aparat bersenjata di sudut-sudut jalan hingga kamera pengintai yang dilengkapi dengan sistem identifikasi wajah di lorong-lorong.

Tak hanya sampai di situ, sekarang muslim Uighur harus hidup di bahwa pengawasan intelijen Cina yang tinggal di rumah-rumah mereka.

Menurut keterangan yang dihimpun Turkistantimes, muslim Uighur yang berada di pengasingan mengatakan, dengan adanya personel Big Brother di dalam rumah, mereka tidak bisa leluasa untuk melaksanakan shalat dan mengenakan pakaian syar’i.

Jika mereka melakukan shalat di dalam rumah, Big Brother akan melaporkan mereka kepada pemerintah pusat, lalu mereka ditangkap, dijebloskan ke kamp-kamp konsentrasi, atau disiksa dengan keji.

Begitulah keadaan saudara-saudara muslim kita yang berada di Xinjiang atau lebih tepatnya Turkistan Timur. Semoga tulisan ini menggungah hati nurani kita semua.

[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search