Kesejahteraan ekonomi bukanlah segala-galanya dalam berkeluarga. Kesejahteraan ekonomi yang dicapai dengan melawan fitrah justru menghadirkan ketidakbahagiaan dan ketidakharmonisan. Ujung-ujungnya keretakan rumah tangga, bahkan perceraian.
Norwegia merupakan negara yang makmur dan kaya minyak. Pendapatan per kapita Norwegia merupakan tertingi kedua di dunia.
Namun apa yang menimpa Norwegia? Negara yang membanggakan kesetaraan gender dengan sebutan paling unggul di dunia itu justru mengalami masalah besar dalam pernikahan.
Pasangan di sana mengeluh kehilangan gairah, angka perceraian mencapai 44%, perselingkuhan peringkat enam dunia dan lebih banyak lajang yang tidak menikah.
Mengapa? Hasil observasi John Gray menunjukkan, pria dan wanita Norwegia baik di kantor maupun di rumah dituntut menjalankan peran yang sangat mirip serta berperilaku yang tidak memperhatikan gender.
Padahal, Allah sudah mendesain otak perempuan dan otak laki-laki berbeda. Maka ada perbedaan-perbedaan yang bersifat fitrah pada laki-laki dan perempuan.
Dalam hal bicara, laki-laki umumnya lebih sedikit mengeluarkan kata-kata verbal daripada perempuan. Dalam sehari, umumnya perempuan bicara 6.000 – 8.000 kata verbal. Jauh lebih banyak daripada laki-laki yang hanya 2.000 – 4.000 kata. Angka ini sesuai dengan hasil pemindaian MRI area bicara dan bahasa antara otak laki-laki dan perempuan.
Ketika ada masalah, laki-laki umumnya menghadapi dengan hit or run. Jika siap ia akan melawan, jika tidak akan menghindar dulu. Masuk ke dalam “gua”, menyendiri atau meninggalkan masalah itu sampai ia mendapatkan solusi atau melupakannya.
Sementara perempuan umumnya akan membicarakan masalah itu. Tidak selalu dalam rangka meminta solusi atau saran. Justru dengan membicarakan, ia sedang berbagi dan jika didengarkan dan diperhatikan, ia merasa lega. Yang dibutuhkan paling utama adalah empati.
Maka dalam keluarga, suami dan istri harus saling melengkapi dan saling mengerti. Dengan menjaga fitrah masing-masing. Suami punya tugas mencari nafkah, dan dalam memenuhi tugas itu, secara fitrah ia butuh tantangan yang kompetitif, memecahkan masalah, tegas dan berorientasi pada tujuan. Sedangkan istri, secara fitrah ia butuh cinta, merawat buah hati, kelembutan dan dalam menjalankan aktifitas lebih berorientasi pada hubungan.
Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berfirman:
"Dan laki-laki tidak sama dengan perempuan" (QS. Ali Imran: 36)
Norwegia merupakan negara yang makmur dan kaya minyak. Pendapatan per kapita Norwegia merupakan tertingi kedua di dunia.
Namun apa yang menimpa Norwegia? Negara yang membanggakan kesetaraan gender dengan sebutan paling unggul di dunia itu justru mengalami masalah besar dalam pernikahan.
Pasangan di sana mengeluh kehilangan gairah, angka perceraian mencapai 44%, perselingkuhan peringkat enam dunia dan lebih banyak lajang yang tidak menikah.
Mengapa? Hasil observasi John Gray menunjukkan, pria dan wanita Norwegia baik di kantor maupun di rumah dituntut menjalankan peran yang sangat mirip serta berperilaku yang tidak memperhatikan gender.
Padahal, Allah sudah mendesain otak perempuan dan otak laki-laki berbeda. Maka ada perbedaan-perbedaan yang bersifat fitrah pada laki-laki dan perempuan.
Dalam hal bicara, laki-laki umumnya lebih sedikit mengeluarkan kata-kata verbal daripada perempuan. Dalam sehari, umumnya perempuan bicara 6.000 – 8.000 kata verbal. Jauh lebih banyak daripada laki-laki yang hanya 2.000 – 4.000 kata. Angka ini sesuai dengan hasil pemindaian MRI area bicara dan bahasa antara otak laki-laki dan perempuan.
Ketika ada masalah, laki-laki umumnya menghadapi dengan hit or run. Jika siap ia akan melawan, jika tidak akan menghindar dulu. Masuk ke dalam “gua”, menyendiri atau meninggalkan masalah itu sampai ia mendapatkan solusi atau melupakannya.
Sementara perempuan umumnya akan membicarakan masalah itu. Tidak selalu dalam rangka meminta solusi atau saran. Justru dengan membicarakan, ia sedang berbagi dan jika didengarkan dan diperhatikan, ia merasa lega. Yang dibutuhkan paling utama adalah empati.
Maka dalam keluarga, suami dan istri harus saling melengkapi dan saling mengerti. Dengan menjaga fitrah masing-masing. Suami punya tugas mencari nafkah, dan dalam memenuhi tugas itu, secara fitrah ia butuh tantangan yang kompetitif, memecahkan masalah, tegas dan berorientasi pada tujuan. Sedangkan istri, secara fitrah ia butuh cinta, merawat buah hati, kelembutan dan dalam menjalankan aktifitas lebih berorientasi pada hubungan.
Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berfirman:
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى
"Dan laki-laki tidak sama dengan perempuan" (QS. Ali Imran: 36)
Advertisement
EmoticonEmoticon