Jika karena Dakwah Kamu Dinyinyiri dan Dibully

- Januari 21, 2019
dakwah
ilustrasi (picswe)
“Kadang ada teman bilang aku sok alim coz sekarang medsosku banyak sharing dakwah dan kajian,” pertanyaan itu meluncur dari seorang pemuda yang kini berhijrah.

Ia semangat menshare konten dakwah, tausiyah dan inspirasi. Tapi mendapati komentar seperti itu, ia agak ragu.

Bro, tak usah takut dikatakan sok alim ketika kamu sharing kebaikan. Entah langsung atau via media sosial. Sebab dakwahmu lebih baik daripada diammu.

Sahabat yang didoakan Nabi mendapat berkah dan dipuji Rasulullah karena zuhudnya, Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu anhu, mengingatkan: “Orang yang banyak mengucapkan kebaikan lebih baik daripada orang yang diam. Dan orang yang diam lebih baik daripada orang yang banyak mengucapkan keburukan.”

Jika karena dibilang sok alim lantas kamu berhenti berdakwah, berhenti sharing kebaikan, dan seluruh pemuda juga berhenti karena sebab yang sama, bagaimana jadinya? Tidak ada lagi yang berdakwah. Tidak ada lagi yang mengajak hijrah. Tidak ada lagi yang amar ma’ruf nahi munkar.

Saat ini, ketika masih banyak yang berdakwah saja, seruan keburukan sangat masif. Sebanyak-banyaknya dai saat ini, masih belum cukup banyak menghadapi serangan propaganda keburukan, kemaksiatan dan kesesatan yang dikemas menggoda. Apalagi jika banyak dai berhenti karena dinyinyiri dan dibully.

Saatnya kita menyadari, mereka yang di jalan syetan saja begitu gigih mengajak untuk bermaksiat. Dan iblis memang telah bersumpah akan menggunakan segala cara untuk menyesatkan manusia. Maka seharusnya kita yang berada di jalan iman, lebih gigih untuk mengajak kepada ketaatan. Menyebarkan kebenaran, menyerukan kebaikan.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

So, jangan takut dicela saat sharing kebaikan. Sebab salah satu karakter generasi pengganti yang dicintai Allah itu walaa yakhaafuuna laumata laa’im. Mereka tidak takut celaan orang yang suka mencela. Tidak takut dinyinyiri oleh orang yang suka nyinyir. Tidak takut dibully oleh orang yang suka membully. [Muchlisin BK/Fimadani.net]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search