Wahai Rasulullah, Benarkah Allah Menginginkan Pinjaman dari Kita?

- Oktober 19, 2018
benarkah Allah menginginkan pinjaman
Ini salah satu kisah sur’atul istijabah (respon cepat) yang dimiliki oleh sahabat Nabi. Ketika turun ayat, ada kalanya mereka bertanya. Namun pertanyaan itu segera diikuti dengan amal terbaik.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, ketika turun ayat:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik” (QS. Al Baqarah: 245)

Abu Dahdah radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Wahai Rasulullah, benarkah Allah menginginkan pinjaman dari kita?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Benar, wahai Abu Dahdah.”

“Kalau begitu perlihatkan tanganmu wahai Rasulullah.”

Maka Rasulullah membentangkan tangan beliau, lalu Abu Dahdah memegangnya. “Aku meminjamkan kebunku untuk Tuhanku.”

Kebun Abu Dahdah itu memiliki 600 pohon kurma. Ia serahkan kepada Rasulullah, lalu bergegas ke kebun itu yang di sana istri serta anaknya sedang berada di dalamnya.

“Wahai Ummu Dahdah.”

“Iya,” jawab Ummu Dahdah dari dalam kebun.

“Keluarlah sekarang. Kebun ini telah kupinjamkan kepada Allah.”

Masya Allah… demikianlah karakter terpuji sahabat Nabi. Pantas jika mereka dijuluki jailul Qur’anil farid. Generasi Qur’ani yang unik. “Sebab,” kata Sayyid Qutb. “Sikap mereka terhadap Al Quran seperti sikap seorang prajurit terhadap instruksi komandannya.”

Turun ayat mengharamkan khamr, para sahabat bergegas membuang seluruh persediaan khamr tanpa takut rugi. Turun ayat perintah hijab, para shahabiyah bergegas memakai kain apa pun yang bisa dipakai, menyambar kain di dekatnya agar tertutup aurat. Bahkan ada yang menyambar kain korden dipakai menutup rambutnya untuk sementara.

Demikian pula ketika turun ayat-ayat infaq, para sahabat bergegas memenuhiNya. Termasuk Abu Dahdah ini.

Para sahabat kadang bertanya, namun pertanyaannya melahirkan amal. Tidak seperti Bani Israil yang terlalu banyak bertanya namun tujuannya untuk mempertanyakan. Tujuannya mencari alasan agar bisa menghindar dari perintah dan terbebas dari larangan. Tujuannya mencari celah dari suatu aturan agar bisa dilanggar tanpa mendapatkan hukuman. Namun Allah Maha Mengetahui isi hati. Bahkan yang paling samar dan paling tersembunyi. [Muchlisin BK/Fimadani.Net]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search